PALEMBANG.SUMSEL.TODAY
Koalisi Masyarakat Puisi (KMP) berkolaborasi dengan SMA Negeri Sumatera Selatan sukses menggelar Diskusi Sastra yang menghadirkan Sastrawan, Akademisi, hingga Pelajar di Aula SMAN Sumsel pada Kamis (3/10/2025).
Kegiatan yang diinisiasi oleh KMP tersebut bertujuan untuk bersama-sama membangun ekosistem sastra yang kuat di Sumsel, khususnya Kota Palembang.
Kegiatan ini dihadiri Kepala SMA Sumsel, Iswan Djati Kusuma, S.Pd., M.Si, Ketua Koalisi Masyarakat Puisi Anwar Putra Bayu, serta dua narasumber kompeten, Alpansyah, Ph.D dan Dr. Haryadi, M.Pd.
Kehadiran mereka memberi warna tersendiri dalam pembahasan pentingnya peran sastra dalam memperkuat jati diri bangsa sekaligus menggali kekayaan lokal.
Iswan Djati Kusuma menegaskan bahwa literasi memiliki peran strategis dalam membangun karakter bangsa.
“Kami sangat mendukung kegiatan ini dan berharap dapat terus berlanjut. Yang terpenting, kegiatan ini mampu merekatkan semangat kebangsaan dan mengangkat sastra daerah yang selama ini belum muncul,” ujarnya.
Ia juga berharap kegiatan literasi tidak hanya berhenti di SMA Sumsel, tetapi bisa melibatkan lebih banyak sekolah, stakeholder, hingga pemerintah daerah. Dengan begitu, gaung literasi semakin besar dan berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua Koalisi Masyarakat Puisi, Anwar Putra Bayu menjelaskan bahwa program literasi ini akan berlangsung dalam empat kali pertemuan, termasuk pelatihan menulis puisi untuk siswa SMP.
“Kami ingin menggugah imajinasi mereka untuk menulis puisi dengan baik. Para juara akan mendapatkan tropi dan uang pembinaan,” jelasnya.
Menariknya, kegiatan ini juga memberi ruang bagi anak-anak disabilitas untuk berekspresi melalui puisi.
“Anak-anak yang kurang beruntung harus dilibatkan. Mereka akan mengekspresikan diri melalui pembacaan puisi, dan yang terbaik akan kami berikan reward,” tegas Anwar.
Anwar mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan ini difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Badan Bahasa.
Ia menegaskan bahwa literasi bukan hanya soal menulis dan membaca, tetapi juga menjaga budaya dan jati diri bangsa.
“Kita punya talibun, punya encang-encang di Komering. Sayangnya, belum banyak penyair yang mengangkatnya menjadi puisi Indonesia berbasis lokal. Melalui kegiatan ini, kita berharap bahasa daerah dapat menjadi sumber inspirasi yang memperkaya sastra Indonesia,” ujarnya.
Diskusi Sastra di SMA Sumsel ini menjadi momentum penting untuk membangun kesadaran kolektif tentang literasi sebagai pilar kebangsaan. Lebih dari sekadar diskusi, kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang cinta literasi, mencintai budaya lokal, sekaligus menumbuhkan semangat kebangsaan di era modern.DN